Selasa, 16 Januari 2018

Story of Us : Lovable Lady



Ada pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, jadi perkenalkan namaku Aufa Nadya , teman-teman ku biasa memanggil ku Aufa, dan keluargaku biasa memanggilku upa. Upa diambil dari kata ufa, maklum saja aku terlahir di keluarga yang 100% berasal dari suku sunda dan seperti yang kalian tau bahwa orang sunda itu cadel huruf F, maka hampir semua kata berhuruf f di ganti menjadi huruf P. Bunda dan ayahku lahir di kota yang sama, kota yang biasa disebut kota kembang, ya benar! Bunda dan ayahku lahir di kota bandung, hanya saja bunda pindah ke tasikmalaya. Aku  lahir di kota Jakarta, Pada tahun 1996. Aku dan Keluarga memang tinggal di Jakarta kala itu lebih tepatnya di daerah Kalibata, Jakarta Selatan. Aku tak pernah ingat bagaimana kondisi kota Jakarta kala itu, apa sudah sepadat dan semacet saat ini, karena disaat umurku 2 tahun ayah ku memutuskan untuk pindah ke Bekasi. Entah apa yang membuatnya berpikir untuk pindah dari Ibu Kota, Mungkin karena saat itu kota Jakarta sedang sangat sumpek oleh isu politik yang timbul bersamaan dengan Krisis Moneter 1998.
            Aku merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Aku punya adik perempuan, Mikala, dan adik laki-laki, Haikal. Walaupun kami sering bertengkar, tetap saja bagiku mereka adalah teman terbaikku.
.   .   .

            Aufa hanyalah wanita yang sederhana, segala serba pas-pasan. Cantik? biasa saja. Pintar? biasa aja. Baik? biasa saja.  Ya sederhanalah pokonya, standar KKM, yang lebih mungkin cuma berat badan *hahaha*. 
                   Jika kalian ingin membayangkan aku itu seperti apa, bayangkanlah wanita berhijab, berkacamata dengan tinggi 160cm, berat 64kg, dan berkulit cukup putih. Selalu terlihat bahagia dan bawel. Kadang suka bertingkah seperti anak kecil walaupun sudah menginjak umur dewasa, pecicilan, dan bisa dibilang aku ini cukup perhatian. Mungkin sifat itulah yang membuatku mudah dekat dengan orang lain, sosok "ke-ibu-an" ku suka muncul tiba-tiba. Aku juga tipe wanita yang selalu berusaha berpikir positif dalam segala hal, Aku selalu percaya segala hal yang kita hadapi dalam hidup adalah sebuah jalan yang harus dilalui untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan setiap jalan yang di pilih pasti selalu memiliki cerita nya masing-masing.
Tahun ini umurku menginjak umur yang legal, yaitu 21 tahun. Aku adalah mahasiswi ekonomi semester akhir di Universitas Swasta ternama di Jakarta, sebut saja Kampus Reformasi. Ada sedikit cerita tentang pilihan kuliahku ini,  Tak pernah sebelumnya terpikir di benakku untuk berkuliah di jurusan ekonomi karena aku tidak pernah suka sama sekali pelajaran-pelajaran yang berbau IPS. Jujur saja sebenarnya cita-citaku adalah menjadi dokter, rasa sesal kala itu menyelimuti diriku ketika orang tua ku tidak mengizinkan aku kuliah kedokteran karena alasan keuangan, dan aku pada akhirnya memilih untuk mengambil jurusan kesehatan dan farmasi tapi entah apa yang dipikirkan bundaku secara tiba-tiba aku tidak di perbolehkan mengambil jurusan berbau kesehatan. Hingga saat ini aku tak pernah mengerti alasannya. Aku malah di daftarkan di jurusan teknik sipil, katanya biar bisa melanjutkan pekerjaan ayah. Tapi takdir berkata lain, tidak satupun universitas menerimaku di jurusan Teknik  Sipil. Sedih sih, tapi aku bersyukur karena aku benar-benar benci pelajaran Fisika. Akhirnya aku memutuskan mengambil jurusan Ekonomi sebagai pelarian. Jika di tanya kenapa Ekonomi, aku tak bisa menjawab karena random aja tiba-tiba terlintas ingin masuk jurusan Ekonomi.
            Menyesal tidak bisa masuk Kedokteran atau jurusan Kesehatan itu sudah pasti, tapi aku tidak marah, aku tidak sedih, karena pikiran positif ku berpikir mungkin memang takdirnya aku harus kuliah di Ekonomi. Dan benar saja, Aku bukan termasuk wanita yang pintar, tetapi Alhamdulillah aku bisa memperoleh IPK diatas 3.5 dan mempertahankannya hingga saat ini. selain itu aku juga sempat mendapatkan beasiswa prestasi dari kampusku. Aku juga bukan wanita yang tertarik untuk mengikuti sebuah organisasi mungkin memang karena tak pandai berbicara di depan umum, tetapi aku bisa terpilih dan di percaya menjadi Sekretaris di organisasi tingkat jurusan, mungkin memang sekedar tingkat jurusan, tapi untukku ini menjadi sesuatu yang cukup aku banggakan. Aku juga menjadi Asisten Dosen sejak aku di semester tiga.
            Di jurusan ekonomi ini juga akhirnya aku bisa bertemu dengan pria yang mengerti diriku, memiliki kisah yang sama denganku, pria yang membuatku memiliki sebuah kisah hidup yang menarik, pria yang bisa membantuku mengubah sebuah perasaan menjadi cerita dalam secarik kertas.
            Percayalah setiap jalan yang kalian pilih sekarang merupakan sebuah perjalanan menuju sesuatu yang tak pernah kalian duga sebelumnya. Jangan pernah menyesal dengan apa yang kalian pilih, jika ternyata kalian salah jalan, pilihlah jalan yang tepat di persimpangan selanjutnya, tak perlu kalian sesali, Tuhan tidak akan sejahat itu, membiarkan kalian tetap berada dijalan yang salah.
.   .   .
            Kisah yang akan aku ceritakan ini adalah kisah pertemuan ku dengannya, pria yang paling berbeda diantara pria-pria yang pernah aku temui selama 21 tahun. Pria yang membuatku seketika menetapkan hatiku padanya. Pria yang mungkin tak akan pernah aku relakan untuk pergi dari kehidupanku. Pria yang paling aku sayangi setelah ayahku. Pria yang mungkin akan membuat kalian merebutnya dariku.
            Dari Sini Kisah Ku di Mulai…