Ada
pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, jadi perkenalkan namaku Aufa Nadya , teman-teman ku biasa memanggil ku Aufa, dan keluargaku biasa memanggilku
upa. Upa diambil dari kata ufa, maklum saja aku terlahir di keluarga yang 100%
berasal dari suku sunda dan seperti yang kalian tau bahwa orang sunda itu cadel
huruf F, maka hampir semua kata berhuruf f di ganti menjadi huruf P. Bunda dan
ayahku lahir di kota yang sama, kota yang biasa disebut kota kembang, ya benar!
Bunda dan ayahku lahir di
kota bandung, hanya saja bunda pindah ke tasikmalaya. Aku lahir di kota Jakarta, Pada tahun 1996. Aku dan
Keluarga memang tinggal di Jakarta kala itu lebih tepatnya di daerah Kalibata,
Jakarta Selatan. Aku tak pernah ingat bagaimana kondisi kota Jakarta kala itu, apa sudah
sepadat dan semacet saat ini, karena disaat umurku 2 tahun ayah ku memutuskan
untuk pindah ke Bekasi. Entah apa yang membuatnya berpikir untuk pindah dari
Ibu Kota, Mungkin karena saat itu kota Jakarta sedang sangat sumpek oleh isu
politik yang timbul bersamaan dengan Krisis Moneter 1998.
Aku
merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Aku punya adik perempuan, Mikala, dan
adik laki-laki, Haikal. Walaupun kami sering bertengkar, tetap saja bagiku
mereka adalah teman terbaikku.
. . .
Aufa
hanyalah wanita yang sederhana, segala serba pas-pasan. Cantik? biasa saja. Pintar? biasa aja. Baik? biasa saja. Ya sederhanalah
pokonya, standar KKM, yang lebih mungkin cuma berat badan *hahaha*.
Jika kalian ingin membayangkan aku itu seperti apa, bayangkanlah wanita berhijab, berkacamata dengan tinggi 160cm, berat 64kg, dan berkulit cukup putih. Selalu terlihat bahagia dan bawel. Kadang suka bertingkah seperti anak kecil walaupun sudah menginjak umur dewasa, pecicilan, dan bisa dibilang aku ini cukup perhatian. Mungkin sifat itulah yang membuatku mudah dekat dengan orang lain, sosok "ke-ibu-an" ku suka muncul tiba-tiba. Aku juga tipe wanita yang selalu berusaha berpikir positif dalam segala hal, Aku selalu percaya segala hal yang kita hadapi dalam hidup adalah sebuah jalan yang harus dilalui untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan setiap jalan yang di pilih pasti selalu memiliki cerita nya masing-masing.
Jika kalian ingin membayangkan aku itu seperti apa, bayangkanlah wanita berhijab, berkacamata dengan tinggi 160cm, berat 64kg, dan berkulit cukup putih. Selalu terlihat bahagia dan bawel. Kadang suka bertingkah seperti anak kecil walaupun sudah menginjak umur dewasa, pecicilan, dan bisa dibilang aku ini cukup perhatian. Mungkin sifat itulah yang membuatku mudah dekat dengan orang lain, sosok "ke-ibu-an" ku suka muncul tiba-tiba. Aku juga tipe wanita yang selalu berusaha berpikir positif dalam segala hal, Aku selalu percaya segala hal yang kita hadapi dalam hidup adalah sebuah jalan yang harus dilalui untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan setiap jalan yang di pilih pasti selalu memiliki cerita nya masing-masing.
Tahun
ini umurku menginjak umur yang legal, yaitu 21 tahun. Aku adalah mahasiswi
ekonomi semester akhir di Universitas Swasta ternama di Jakarta, sebut saja
Kampus Reformasi. Ada sedikit cerita tentang pilihan kuliahku ini, Tak pernah sebelumnya terpikir di benakku
untuk berkuliah di jurusan ekonomi karena aku tidak pernah suka sama sekali
pelajaran-pelajaran yang berbau IPS. Jujur saja sebenarnya cita-citaku adalah
menjadi dokter, rasa sesal kala itu menyelimuti diriku ketika orang tua ku
tidak mengizinkan aku kuliah kedokteran karena alasan keuangan, dan aku pada
akhirnya memilih untuk mengambil jurusan kesehatan dan farmasi tapi entah apa
yang dipikirkan bundaku secara tiba-tiba aku tidak di perbolehkan mengambil
jurusan berbau kesehatan. Hingga saat ini aku tak pernah mengerti alasannya.
Aku malah di daftarkan di jurusan teknik sipil, katanya biar bisa melanjutkan
pekerjaan ayah. Tapi takdir berkata lain, tidak satupun universitas menerimaku
di jurusan Teknik Sipil. Sedih sih, tapi
aku bersyukur karena aku benar-benar benci pelajaran Fisika. Akhirnya aku
memutuskan mengambil jurusan Ekonomi sebagai pelarian. Jika di tanya kenapa
Ekonomi, aku tak bisa menjawab karena random
aja tiba-tiba terlintas ingin masuk jurusan Ekonomi.
Menyesal tidak bisa masuk Kedokteran
atau jurusan Kesehatan itu sudah pasti, tapi aku tidak marah, aku tidak sedih,
karena pikiran positif ku berpikir mungkin memang takdirnya aku harus kuliah di
Ekonomi. Dan benar saja, Aku bukan termasuk wanita yang pintar, tetapi
Alhamdulillah aku bisa memperoleh IPK diatas 3.5 dan mempertahankannya hingga
saat ini. selain itu aku juga sempat mendapatkan beasiswa prestasi dari
kampusku. Aku juga bukan wanita yang tertarik untuk mengikuti sebuah organisasi
mungkin memang karena tak pandai berbicara di depan umum, tetapi aku bisa
terpilih dan di percaya menjadi Sekretaris di organisasi tingkat jurusan,
mungkin memang sekedar tingkat jurusan, tapi untukku ini menjadi sesuatu yang
cukup aku banggakan. Aku juga menjadi Asisten Dosen sejak aku di semester tiga.
Di jurusan ekonomi ini juga akhirnya
aku bisa bertemu dengan pria yang mengerti diriku, memiliki kisah yang sama
denganku, pria yang membuatku memiliki sebuah kisah hidup yang menarik, pria
yang bisa membantuku mengubah sebuah perasaan menjadi cerita dalam secarik
kertas.
Percayalah setiap jalan yang kalian
pilih sekarang merupakan sebuah perjalanan menuju sesuatu yang tak pernah
kalian duga sebelumnya. Jangan pernah menyesal dengan apa yang kalian pilih,
jika ternyata kalian salah jalan, pilihlah jalan yang tepat di persimpangan
selanjutnya, tak perlu kalian sesali, Tuhan tidak akan sejahat itu, membiarkan
kalian tetap berada dijalan yang salah.
.
. .
Kisah yang akan aku ceritakan ini adalah
kisah pertemuan ku dengannya, pria yang paling berbeda diantara pria-pria yang pernah aku temui selama 21 tahun. Pria yang
membuatku seketika menetapkan hatiku padanya. Pria yang mungkin tak akan pernah
aku relakan untuk pergi dari kehidupanku. Pria yang paling aku sayangi setelah
ayahku. Pria yang mungkin akan membuat kalian merebutnya dariku.
Dari Sini Kisah Ku di Mulai…